Senin, 18 Januari 2016

LONGSORLAHAN (LANDSLIDES)

Longsorlahan (landslides) secara geomorfologis termasuk kedalam kategori pergerakan massa (mass movement). Umumnya longsorlahan terjadi di daerah berbukit dan merupakan proses degradasi secara alami (Van Westen, 1994). Faktor pentebab longsorlahan dapat bermacam-macam, misal curah hujan ekstrrim, gempabumi, erupsi gunung berapi, dan perubahan penggunaan lahan (Chang-Jo et al. 1995), adapun longsorlahan dapat berisiko jika material longsor menyebabkan hilangnya nyawa atau kerugian material.
Menurut data kejadian kebencanaan BNPB (2014) kejadian longsorlahan di Indonesia menempati urutan setelah ketiga bencana banjir dan kekeringan. Hal ini menyiratkan bahwa perlu adanya penanganan khusus terhadap bencana longsorlahan. Dalam setiap kegiatan mitigasi bencana sangat penting untuk mengetahui sebaran keruangan bencana, oleh karena itu diperlukan kegiatan pemetaan.
Pemetaan bahaya longsorlahan sudah banyak dilakukan diberbagai tempat oleh para peneliti, sehingga metode pemetaan bahaya longsorlahan sangat bervariasi. Umumnya digunakan pemodelan spasial untuk pemetaan longsorlahan. Salah satu pemodelan ini dikembangkan oleh Hadmoko, et al. (2010), yang menggunakan lima parameter untuk menentukan bahaya longsorlahan yaitu : bentuklahan, lereng, geologi, jenis tanah, dan penggunaan lahan. Pemodelan dilakukan dengan menggunakan perhitungan pada setiap parameter dimana pembobotan dilakukan berdasarkan penilaian ahli (expert judgements).
            Pemetaan bahaya longsorlahan menggunakan analisis tumpangsusun untuk mendapatkan peta satuan lahan, dengan formula penentuan Lendslide Hazard Index (LHI) sebagai berikut : LHI = (0,36Landf)+(0,36Slope)+(0,07Geol)+(0,14Soil)+(0,07Lu). Dimana Landf : bentuklahan, Slope : lereng, Geol : geologi, Soil : jenis tanah, Lu : penggunaan lahan. Pemetaan bahaya longsorlahan dikelaska menjadi tiga kelas (rendah, sedang, tinggi) dengan pengkelasan menggunakan rumus interval = sekor tertinggi–sekor terendah/jumlah kelas.